Apa sih arti teman buat kamu? Bukan segalanya? ( terlalu berlebihan ), terus kalau memang bukan segalanya, engga punya teman engga masalah?
Kalau saya pribadi sih, menggolongkan teman ke beberapa bagian lagi: kenalan, teman, sahabat.
Karena saya pribadi agak susah dekat dengan orang, jadi saya cuma punya sedikit sahabat..buat saya, siapapun yang pernah saya sapa itu adalah teman saya, terus bagaimana dengan kenalan? Nah, saya menaroh orang-orang yang pernah saya kenal atau orang-orang yang saya engga terlalu suka karena satu dan lain hal nya, saya taroh mereka dalam kategori kenalan.
Kalau teman sendiri sih jelas orang-orang yang sudah atau sering ngobrol sama saya, namun saya tidak membenci atau punya masalah dengan mereka.
Mungkin pembahasan kali ini sedikit hmmm.. Kurang menarik, tapi tulisan kali ini saya mau lebih memperkenalkan siapa si sahabat saya,dan kenapa saya bisa menyebutnya sahabat. Arti sahabat sendiri masing-masing berbeda-beda tapi intinya adalah lebih dari sekedar teman dan sudah seperti saudara dekat.
Saya baru sadar dan memahami ini juga setelah saya kerja, dulu saya terlalu cuek dan tidak terlalu peduli punya teman atau tidak dan mungkin seringnya juga saya menyakiti teman-teman karena saya sering mengeluarkan kalimat-kalimat tanpa saya pikirkan terlebih dahulu.
Saya ingat beberapa kejadian yang buat saya seumur hidup mungkin tidak akan pernah melupakannya.
Saya pernah pingsan di rel kereta api, saat itu saya bermaksud mengumpulkan tugas akhir. Yang akhirnya teman saya membantu untuk membawa TA saya untuk dikumpulkan bareng miliknya. Saya pulang ke kosan, saya benar-benar tergeletak lemas dikasur. Baru saya sadari ternyata hari itu saya kedatangan tamu bulanan, biasanya saya merasakan nyerih diperut tapi ini tidak sama sekali dan mendadak saja blackout (ugh).
Pandangan saya buram, perut terasa mual. saya juga tidak ingat sebelumnya sudah sarapan atau belum.
Saya tipe orang yang sangat sulit meminta bantuan seseorang, entahlah buat saya merepotkan orang lain itu membebani saya. Oleh karena itu biasanya kalau saya sakit atau sedang punya masalah saya lebih memilih menyendiri.
Saat keadaan seperti itu pun saya benar-benar bingung, sampai pada akhirnya sahabat saya datang.
Untung pada saat itu kamar kos saya tidak saya kunci. walau sedikit buram, saya masih bisa melihat dengan jelas wajah khawatir yang tampak dari sahabat saya.
" lo gapapa? Gue kaget tadi gue ditelpon djoe dan gue langsung aja kesini" ujarnya.
" lo darimana sebelumnya? " tanya saya masih tak bergeming dari atas kasur sambil menyapa teman sahabat saya yang datang bersama dengan dia.
" gue dari kampuss, lagi mau bimbingan.. Denger lo pingsan. Gue langsung tinggalin TA gue, terus langsung lari kesini minta ditemenin temen gue ni yang lagi bawa motor, gue takut lo kenapa-kenapa, makanya gue langsung buru-buru.." tandasnya sambil kemudian memperkenalkan temannya ke saya " oya ni, lo udah makan? Gue beliin makanan dulu yah? Bubur yah? Atau soup aja deh biar ada anget-angetnya" sahabat saya ini lucu, dia bertanya tapi dia jawab sendiri. Mungkin kelewat khawatir jadi begitu.
Saya membiarkan dia yang menentukan apa yang menurut dia paling baik saja.
Sampai akhirnya temannya pamit pulang duluan, sahabat saya masih menemani saya sampai malamya saya baru dijemput pulang. Sahabat saya satu ini, memang lucu. Dia pernah cerita, kalau dia pernah disangka cowok. Bagaimana tidak? Saat pertama dia ikut test masuk, dia belum memakai jilbab. Terlebih lagi dia memiliki tubuh menjulang tinggi, badannya tegab dan bahunya sedikit lebar. Trus wajahnya? Aduh kalau lihat foto dia waktu belum pakai jilbab dengan rambut pendeknya, tampan!
Awal saya kenal dia karena kita ngekos dalam satu rumah, kita tinggal berlima dalam rumah tersebut ( rumah yang sudah seperti rumah hantu, dekat kolam yang tak pernah tahu ada isinya atau tidak, warna air kolamnya pekat kecoklat-coklatan. Didekatnya ada sawung yang mungkin awalnya difungsikan sebagai tempat santai tapi bagaimana mau santai disana? tempatnya saja seperti tidak pernah terawat dan kotor, untuk menuju ke rumah itu harus berjalan melewati batu-batuan kecil yang membentuk jalan ke arah rumah karena letaknya paling ujung dan terpelosok), banyak kejadian-kejadian aneh disana, tapi saya sedang tidak mau membahas itu kali ini. Satu persatu penghuni pindah hingga akhirnya saya pun juga memilih pindah.
Yang membuat saya dekat dengan sahabat saya satu ini karena dia memiliki pribadi yang menyenangkan, sangat tulus dan saya merasa sangat cocok karena kita sama-sama cuek, suka sekali bercanda dan selalu saja nyambung dalam segala hal.
Sampai-sampai ibu saya yang saya kenalkan bilang " kenalin ke kakakmu aja, ibu pingin punya mantu kayak dia " begitu kata ibu saya.
Sampai saat ini saya masih berkomunikasi baik dengan dia walau sudah jarang bertemu karena sulit menyesuaikan waktu masing-masing.
Kejadian lain yang membuat saya masih mengingat jelas sampai hari ini adalah ketika saya kenal dengan seorang pria, satu jurusan. Dia sangat sangat playboy (hahaa).
saya sempat kasih ultimatum ke dia " gue mau deket sama lo, gue bakal usahain ada dan bantuin lo saat lo butuh..tapi dengan satu syarat!"
Dia yang bingung sontak bertanya " ha? Apaan tuh?"
" jangan sampai lo naksir sama gue! " ungkap saya.
Dia terkekeh sambil lalu " yaela ni, belum apa-apa. Udah di skakmat duluan gue "
Akhirnya kita pun menjadi teman dekat, saya sempat bantu dia make over dirinya. Dulu dia sangat tidak menjaga badan dia, padahal badannya tinggi, bongsor. Cuma penampilannya cupu parah (ups), akhirnya saya bantu dia buat perbaiki sedikit style dia. Dia juga usaha membentuk badan dia. Dan akhirnya (taraa) h
e looks good after that.
Dia juga selalu membantu saya kalau saya benar-benar dalam keadaan terdesak, dia pasti selalu datang disaat yang tepat. Dan tiap dia jadian tanpa berdiskusi lebih dulu. Masing-masing diantara kita saling menjaga jarak, dia menjaga perasaan pasangannya dan saya pun juga tidak mau ikut campur dalam masalah hubungan oranglain. anehnya tiap dia punya pacar, pacar-pacarnya selalu saja cemburu sama saya, saya diceritain semuanya begitu dia putus dari pacarnya.
Saya pernah dimintai tolong untuk membantu dia kembali ke pacarnya, statusnya saat itu sudah putus. Dia ingin memberi kejutan ulangtahun pada pacarnya yang meminta saya membantunya, tapi lagi-lagi katanya mantannya yang ini cemburu sama saya. Errr,
" lah, salah gue apa coba? Gue kan engga pernah tahu kapan lo jadian terus selama lo jadian juga gue engga pernah ganggu. kok yah bisa cemburu sama gue? " sembur saya yang engga terima. Niat bantu malah jadi dianggap engga-engga.
Sejak lulus kuliah saya sudah sangat jarang banget komunikasi dengan dia, tapi kata dia kali ini pacarnya juga cemburu sama saya.
Saking penasarannya, saya kembali bertanya sama dia " eh, kenapa sih sebenarnya? Kok perasaan gue selalu aja dicemburuin sama pacar-pacar lo.. Engga yang dulu, engga sekarang. Sama aja kasusnya"
Dia menjawab dengan " ah entahlah ni, mungkin karena dia merasa lo lebih cantik, lebih dari dia jadi merasa tersaingi. Gue cuma pernah kasih tahu foto-foto lo aja ke dia, dan cerita sedikit lah tentang lo ke dia. gue udah bilang lo itu temen gue, masih aja dia begitu"
" lagian lo bego juga deh, ngapain juga lo cerita-cerita tentang gue! Jaga perasaan cewek lo lah.. Jelas aja cewek lo jadi begitu " ucap saya saat terakhir kali membicarakan tentang pacarnya.
Agak sulit memang hubungan pertemanan lelaki dengan wanita, saya sendiri juga memaklumi kalau ada pasangan yang sampai tidak suka dan menjadi cemburu berlebihan karena itu. makanya saya sangat menjaga jarak dengan para sahabat lelaki saya. Tapi memang kebanyakan teman dekat saya itu lelaki, dan wanita yang sifatnya memang sedikit tomboi atau tergolong cuek.
Saya tidak suka bergosip, makanya saya tidak pernah bisa cocok kumpul dengan wanita-wanita yang terlalu ribet mengurusi masalah orang lain. Sempat berpikir akan jadi apa saya kelak kalau sudah tua? Semoga tidak menjadi ibu-ibu arisan yang suka pamer-pamer harta dan mejeng sana sini untuk bergosip (amit-amit).
Well, balik lagi ke sahabat. Mereka yang benar-benar ada saat masa-masa kritis saya dan selalu mendukung saya saat saya sedang menapaki proses seperti sekarang ini tanpa sekalipun menghakimi saya, merekalah sahabat-sahabat saya. Mereka menjaga saya dengan caranya masing-masing, ada yang secara langsung, ada juga lewat perbuatan yang sama-sama lebih menjaga nama baik dan perasaan saya. Agak sulit kalau disebutkan satu-satu sebenarnya.
Tapi ada satu lagi sahabat yang justru inilah kali pertama dan saat ini baru satu-satunya yang saya sendiri belum pernah mengalami hal ini sebelumnya. Saya kenal dengannya dari sebuah foto, foto yang menurut dia suka dengan gaya saya saat itu. Unik, begitu katanya.
Dia seorang wanita, wanita mungil tapi tidak dengan umurnya. Wanita yang sikapnya sangat cuek tapi sangat perhatian dibanding yang lain. Wanita yang menutupi kelemahannya dengan bersikap kuat. Wanita tegas dan berprinsip juga sangat mandiri. Wanita yang menangis saat sangat emosi, dan wanita yang ahh bisa panjang kalau disebutkan satu persatu apa yang membuatnya berbeda.
Karena satu foto, kita jadi saling kenal tapi cuma sebatas kenal melalui media. Selama dua tahun, kita sudah saling mengenal. Penyakit, kegemaran, sikap bahkan sampai-sampai nomor hape saja mirip. Terlebih lagi yang bikin kita benar-benar engga percaya adalah musibah yang dialami selalu saja bersamaan, Jadi kadang saling mengingatkan kalau ada sesuatu terjadi diantara kita.
Pernah saya hampir ketabrak pada saat mau menyebrang, dan engga lama kemudian dia juga mengalami hal yang sama. Yah begitulah keanehan kita. Dalam sehari kita tidak pernah lupa saling menghubungi, minimal bbm'an hanya untuk tahu keadaan masing-masing.
Kadang persahabatan itu terjalin karena hal-Hal yang sulit di tela'ah secara logika.
Selama dua tahun itu juga kita belum pernah sekalipun bertemu. Sampai pada akhirnya kita ketemu, saya langsung meluk dia dari belakang. Bermaksud mengejutkan dia, begitu kagetnya saya melihat dia yang begitu mungil. Dia juga terkejut dan baru ketemu pertama kali tapi kita sudah asik sendiri membahas hal-hal secara random.
Dia adalah sahabat yang seringnya nampar saya dengan segala ucapan tegasnya, tapi saya bisa merasakan perhatian dan kekhawatiran dibalik kalimatnya.
Saya pernah sangat terpukul karena disakiti oleh teman, dia membentak saya " eh kamu tuh harus tahu yah!! Teman yang sebenarnya engga akan nusuk kamu dari belakang, terlebih lagi mereka kenal kamu sudah lama! Harusnya mereka malah kasih tahu kamu langsung kalau ada sesuatu. Itu mah jelas mereka iri saja dengan keberhasilan kamu! Mereka begitu nunggu kelemahan kamu muncul baru dipakai buat senjata untuk jatuhin kamu, sadarlah kamu! Buat apa kamu pusingin hal yang hanya akan merugikan kamu, masih banyak hal yang harus kamu pikirin.. "
Saya yang saat itu benar-benar terpuruk karena selama ini, saya selalu menganggap mereka teman dekat saya. Saya engga pernah tahu kalau ternyata baik sahabat saya yang lain dan ibu saya juga kasih tahu saya, kalau salah seorang dari mereka iri sama saya. Saya engga pernah dengar itu dan tetap berteman dengan mereka. sampai akhirnya saya melihat dan merasakan sendiri bagaimana aslinya mereka.
Setelah mendengar bagaimana sahabat saya menampar keras saya, agar saya paham. Akhirnya saya pun mulai berpikir lagi sekarang. Dan mulai menyaring teman yang semula saya pikir baik untuk lebih tegas lagi.
Kesuksesan sahabat saya itu seperti cambuk yang buat saya jadi ikut termotivasi agar bisa bergerak dan sukses juga. Saya selalu menyelipkan doa untuk orang-orang yang saya sayangi agar selali dilindungi dan sukses dibidangnya. Itulah bentuk terimakasih saya karena mendapat sahabat-sahabat yang luar biasa.
Saya juga mulai mendengarkan kata hati saya ketimbang logika saya kalau sedang dekat dengan seseorang.
Saya bisa sangat kejam sama seseorang tergantung bagaimana ia sudah memperlakukan saya. Tapi pada akhirnya saya tidak benar-benar bisa melakukannya, kalau saya melihat orang itu berbaik hati sama saya ( urusan dia, apakah itu hanya dibuat-buat atau benar-benar dilakukan dengan tulus) saya jadi tidak tega.
Gunakanlah perasaanmu saat logika tidak lagi bisa memahami apa yang terjadi disekitarmu. Dan jangan sampai kamu juga terlalu dalam menggunakan perasaan kalau kamu sendiri tidak mau menyesal kemudian.
Saya juga manusia biasa yang bisa khilaf dalam bertindak, makanya saya masih belajar sampai detik ini. Namun saya bisa memastikan kalau banyak perubahan terjadi di diri saya. Saya belajar untuk bagaimana memahami sekitar saya sebelum saya meminta dipahami balik.
Manusia itu cuman dua kemungkinannya, berubah menjadi lebih baik atau lebih buruk.
Wajar kalau ada sebuah tulisan seperti ini " saat kita sukses, kita punya banyak teman. Saat kita jatuh, kita tahu siapa teman kita " saya sih menangkap ini bisa dikategorikan positif juga negatif, itu tergantung kondisi juga kok. Saat kita sukses, orang akan melihat dan mendekati kita mungkin karena kagum, ingin belajar seperti kita atau bermaksud memberikan kita pengalaman lebih/ channel tapi ada juga yang bermaksud memanfaatkan kita ( itu semua kan bisa kita rasakan mana yang benar-benar tulus mendekati kita ), nah bagaimana kalau saat kita jatuh? Sekarang pertanyaannya adalah saat kita jatuh yang seperti apa? Jatuh karena salah pergaulan yang menyebabkan kita jadi nakal, tidak terurus, kasar? Kira-kira siapa yang berani mendekati kalau kita sendiri engga ada upaya untuk tetap baik sama orang lain? Tapi kalau jatuh yang dimaksudkan adalah saat kita punya masalah atau butuh bantuan itu lain cerita. Kita bisa tanya pada diri kita sendiri, apakah kita cukup baik sehingga ada teman yang akan membantu kita saat kita kesulitan kelak?
Jadi itulah arti teman buat saya, bagaimana dengan kamu?